
JAKARTA – Badan Gizi Nasional (BGN) mewajibkan setiap dapur gizi dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merekrut sedikitnya 30 persen tenaga kerjanya dari warga kurang mampu di sekitar lokasi. Kebijakan ini bertujuan memperluas dampak sosial dan ekonomi program yang sebelumnya berfokus pada pemenuhan gizi anak dan ibu di seluruh Indonesia.
Ketentuan tersebut tertuang dalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah untuk Program Makan Bergizi Gratis Tahun Anggaran 2025, sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala BGN Nomor 63 Tahun 2025. Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, menjelaskan kebijakan ini diambil agar Program MBG tidak hanya menyehatkan masyarakat, tetapi juga menggerakkan ekonomi desa dan menekan angka pengangguran.
“Setiap dapur gizi MBG wajib memberdayakan masyarakat sekitar, khususnya mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Minimal 30 persen tenaga dapur harus direkrut dari warga lokal,” ujar Khairul di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Ia menambahkan, kebijakan ini sejalan dengan konsep circular economy village yang diusung BGN, yaitu menjadikan program gizi sebagai penggerak ekonomi sirkular di tingkat desa. Tenaga kerja lokal yang direkrut juga akan mendapatkan pelatihan pengolahan makanan sehat, manajemen dapur, serta keamanan pangan. “Mereka tidak hanya bekerja, tetapi juga belajar. Banyak yang kemudian bisa membuka usaha kecil berbasis kuliner sehat,” jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, yayasan pengelola dapur gizi (SPPG) diberikan keleluasaan untuk merekrut warga sebagai juru masak, petugas kebersihan, sopir, maupun tenaga administrasi. Setiap pekerja memperoleh upah harian serta perlindungan BPJS Ketenagakerjaan yang didanai dari anggaran operasional MBG. “Dengan begitu, ekonomi masyarakat desa ikut berputar. Program ini bukan sekadar memberi makan bergizi, tapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan,” tambahnya.
Selain merekrut tenaga lokal, BGN juga mendorong agar bahan baku makanan MBG dibeli dari UMKM, koperasi, dan petani setempat. Program MBG menargetkan pembentukan 32.000 dapur gizi (SPPG) pada 2025 dengan potensi menyerap lebih dari 150.000 tenaga kerja baru di seluruh Indonesia. “Kalau setiap dapur gizi menjadi sumber rezeki dan ilmu bagi masyarakatnya, maka MBG tidak hanya memberi makan, tapi juga memberi harapan,” tutup Khairul.