Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul
Mu'ti baru-baru ini mengemukakan rencana untuk memperpanjang program wajib
belajar di Indonesia menjadi 13 tahun, yang mencakup satu tahun pendidikan anak
usia dini (PAUD).
Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) dan mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global. Namun,
pernyataan ini memicu berbagai tanggapan dari masyarakat, baik dukungan maupun
kritik.
Baca Juga : 10 Tips Menghadapi Ujian Tanpa Stres
Abdul Mu'ti menjelaskan bahwa program wajib belajar 13 tahun
akan dimulai dari pendidikan prasekolah, yang dianggap sebagai fondasi penting
bagi perkembangan anak. Dengan penambahan satu tahun ini, diharapkan anak-anak
akan lebih siap untuk menghadapi pendidikan formal selanjutnya.
Ia menekankan pentingnya pendidikan usia dini dalam
membentuk karakter dan kemampuan dasar anak, yang merupakan investasi jangka
panjang untuk masa depan bangsa.
Selain wacana wajib belajar 13 tahun, Mendikdasmen juga
menyinggung kemungkinan kembalinya Ujian Nasional (UN), yang sebelumnya dihapus
dan digantikan oleh asesmen nasional. Banyak pihak berpendapat bahwa UN
memberikan standar evaluasi yang lebih objektif. Namun, Mu'ti menyatakan bahwa
keputusan mengenai UN masih dalam tahap pembahasan dan perlu mempertimbangkan
masukan dari berbagai pihak.
Baca Juga : 10 Kesalahan Belajar yang Sering Dilakukan Siswa
Rencana ini mendapatkan berbagai reaksi dari masyarakat.
Sebagian mendukung kebijakan tersebut dengan harapan bahwa pendidikan yang
lebih panjang akan meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
“Bagus pak, bikin UN
yg susah ya pak, gapapa saya udah lulus ini wkwkwk,” komentar
@candraadityaaa.
“Akhirnya biar banyak
anak sd yg lebih termotivasi buat belajar dan ga fomo ngikutin trend yg belum
sewajarnya di usia mereka,” omentar @mhmmd.drajat.
“Dulu tuh menjelang UN
anak” pada serius belajar biar LULUS.. UN diadakan untuk menumbuhkan daya juang
anak” karena malu kalo gak lulus.. ayo Pak Kembalikan UN biar anak” ke sekolah
gak main mainin duit orang tua aja,” komentar @vadiahaskye.
“Pak mohon rombak,
generasi kita mulai dari kurtilas udh mulai ngaco pak. UN ditiadakan sejak SMP
hingga SMA yang membuat kualitas siswa yg harusnya di sekolah ternama jadi
jatuh ke sekolah yang biasa saja. Adakan kembali system UN, Tinggal Kelas,
Sekolah Favorite, sampe ke peRankingan. Bullshit pak yang bilang ranking membuat
siswa jadi tidak percaya diri. Itu semua kembali ke pribadi masing2 antara maju
atau diam di tempat!” komentar @rbaguss.da.
“Aku rindu "kita
break dulu ya, mau fokus UN," komentar @zonabolaindo.
“Putus dulu ya, mau fokus UN,” komentar @magang_id.
Baca Juga : 7 Cara Memotivasi Anak untuk Belajar di Rumah
Meski begitu, ada kekhawatiran di sisi lain. Terkait dengan
kesiapan infrastruktur pendidikan dan kompetensi tenaga pengajar di
daerah-daerah terpencil. Beberapa ahli pendidikan juga mempertanyakan relevansi
UN di era pendidikan yang semakin fleksibel, mengingat UN dapat memberikan
tekanan pada siswa secara mental dan akademis.
(fda)