Tidak
hanya dikenal sebagai warisan budaya Indonesia, ternyata batik juga dimasukkan
dalam kurikulum Jepang.
Di
negara Jepang batik diajarkan di berbagai sekolah menengah hingga universitas
sebagai bentuk apresiasi dan upaya pelestarian budaya nusantara.
Baca Juga : 10 Tips Menghadapi Ujian Tanpa Stres
Mereka
tidak hanya menganggap batik sebagai tekstil tradisional yang eksotis, tetapi
juga sebagai media belajar seni, sejarah, dan makna filosofis.
Ketertarikan
Jepang terhadap batik bukanlah hal baru.
Sejak
masa kolonial batik telah dikenalkan Jepang dan Indonesia melalui jalur
perdagangan lingkup tekstil.
Baca Juga : 10 Kesalahan Belajar yang Sering Dilakukan Siswa
Perkembangan
batik sebagai warisan budaya dan seni makin pesat setelah mendapatkan pengakuan
dari UNESCO pada tahun 2009 serta dikenalkan di berbagai pameran seni yang
diadakan Jepang.
Selain
itu, karakter budaya Jepang yang menghargai keterampilan manual, kesabaran, dan
keindahan dalam hal seni membuat batik menarik perhatian mereka.
Pasalnya,
batik tidak hanya memiliki makna filosofis melainkan juga nilai-nilai estetika.
Di
Jepang beberapa sekolah seni menawarkan kursus batik sebagai bagian dari
kurikulum pendidikan.
Di
sana mereka diajarkan tentang sejarah batik, teknik pembuatan, makna filosofis
motif-motif batik, dan proses pembuatan batik secara detail.
Pada
tingkat universitas pengajaran batik menjadi bagian program studi seni tekstil
dan budaya Asia.
Di
sana mahasiswa tidak hanya diajarkan tentang teknik pembuatan batik, tetapi
juga diajak melakukan penelitian.
Baca Juga : 7 Cara Memotivasi Anak untuk Belajar di Rumah
Penelitian
yang biasa dilakukan mahasiswa di Jepang berkaitan dengan sejarah,
perkembangan, dan kontribusi batik dalam konteks budaya global.
Bahkan
beberapa universitas mengadakan proyek penelitian kolaboratif dengan institusi
di Indonesia untuk mempelajari dan mengembangkan inovasi seni batik.
Inovasi
seni batik tercermin melalui motif-motif yang dihasilkan. Contoh motif-motif
yang dihasilkan dari inovasi seni batik salah satunya motif shibori.
Motif
shibori merupakan motif perpaduan antara pola-pola asimetris Jepang dengan
motif parang, kawung, atau mega mendung yang dimiliki Indonesia.
Pola
pewarnaan batik motif shibori pun identik dengan warna-warna tradisional khas
Indonesia.
Selain
di institusi pendidikan, pengajaran batik juga dilakukan melalui workshop atau
lokakarya yang diadakan oleh komunitas seni dan budaya di Jepang.
Workshop
atau lokakarya biasa diadakan di museum, galeri seni, atau pusat budaya untuk
menarik perhatian masyarakat yang ingin belajar tentang batik.
Melalui
workshop atau lokakarya, para peserta diajarkan tentang teknik-teknik dasar membatik
mulai dari cara mencanting hingga pewarnaan.
Bahkan
mereka juga dikenalkan makna filosofis motif-motif di dalamnya.
Selain
itu workshop atau lokakarya yang diadakan Jepang juga dapat menciptakan
komunitas internasional untuk melestarikan dan mengapresiasi batik.
Pasalnya
workshop atau lokakarya batik di Jepang dihadiri oleh berbagai negara termasuk
Indonesia.
Di
sana para pengrajin batik Indonesia diundang untuk memberikan pengajaran
langsung mengenai teknik-teknik tradisional yang lebih kompleks.
Lantas
apa peran komunitas Indonesia di Jepang?
Komunitas
Indonesia berperan penting dalam mengenalkan dan mempromosikan batik.
Tiap
peringatan Batik Nasional mereka mengundang masyarakat Jepang untuk mengenalkan
batik sebagai warisan budaya.
Bahkan
mereka juga mendirikan beberapa sanggar atau kelompok belajar di sana untuk
mengajarkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam batik.
Meskipun
pengajaran batik di Jepang telah berkembang pesat, masih banyak tantangan yang
harus dihadapi di sana.
Salah
satu tantangan dalam pengajaran batik yaitu sulitnya mendapatkan bahan-bahan
membuat batik seperti malam atau lilin batik dan pewarna alami yang harus diimpor
dari Indonesia.
Selain
itu perbedaan iklim di Jepang dengan Indonesia juga memengaruhi proses
pewarnaan dan pengeringan kain batik.
(edr)