Breaking News :
KanalLogoLogo
Rabu, 28 Mei 2025

Kuliner

Wali Kota Yogyakarta Dorong Inovasi Kopi Joss dan Warisan Budaya Tak Benda Lainnya

Mita BerlianaSelasa, 27 Mei 2025 09:50 WIB
Wali Kota Yogyakarta Dorong Inovasi Kopi Joss dan Warisan Budaya Tak Benda Lainnya

kopi joss

ratecard

YOGYAKARTA – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyampaikan harapannya agar enam karya budaya asal Kota Yogyakarta yang baru saja ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia bisa terus hidup dan berkembang secara produktif.

Keenam budaya tersebut adalah permainan tradisional Cublak-Cublak Suweng Yogyakarta, Tari Wira Pertiwi, Tari Kuda-Kuda, makanan tradisional Ketan Lupis Yogyakarta, transportasi khas Becak Yogyakarta, dan minuman ikonik Kopi Joss.

“Warisan budaya tak benda ini harus urip (hidup), artinya bisa terus dihidupkan dan juga menghidupi masyarakat,” ujar Hasto pada Selasa (27/5).

Secara khusus, ia menyoroti potensi Kopi Joss yang dinilai memiliki peluang untuk dikembangkan lebih luas dari sekadar dijajakan di kawasan Malioboro. “Kopi Joss bisa direplika di tempat lain, tidak hanya di Malioboro. Bahkan, bisa dikembangkan menjadi produk yang difortifikasi, misalnya dengan tambahan vitamin atau kalsium agar memiliki nilai gizi tambahan,” jelasnya.

Hasto juga mencontohkan bahwa budaya tradisional seperti Cublak-Cublak Suweng dapat dikemas ulang dalam bentuk pertunjukan seni kolosal, yang tidak hanya melestarikan nilai-nilai budaya tapi juga menjadi daya tarik wisata dan ekonomi kreatif.

Menurutnya, pelestarian budaya tak bisa sekadar simbolik, tetapi harus dikemas secara kreatif dan inovatif agar mampu memberi manfaat nyata bagi masyarakat. “Kami bersyukur atas penetapan ini, tapi kami juga harus mengkritik diri sendiri agar warisan tersebut tidak hanya berhenti sebagai simbol. Harus bisa dihidupkan, dikembangkan, dan memberikan manfaat,” tegasnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menjelaskan bahwa pada tahun 2024 ini, Daerah Istimewa Yogyakarta mencetak rekor dengan memperoleh 32 sertifikat WBTB Indonesia—jumlah terbanyak sejak tahun 2013.

Beberapa di antaranya berasal dari wilayah lain di DIY. Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat mendapat lima sertifikat, termasuk Dialek Boso Bagongan dan Tari Srimpi Irim-Irim. Kabupaten Bantul menerima lima, Sleman delapan, Kulon Progo empat, dan Gunungkidul empat.

Dian menekankan bahwa prestasi ini patut disyukuri namun sekaligus membawa tanggung jawab besar dalam upaya pelestarian. “Penetapan ini adalah pencapaian, namun sekaligus tantangan berat untuk terus menjaga dan mengembangkan warisan budaya yang kita miliki,” kata Dian.

Upaya pemerintah daerah Yogyakarta dalam menjaga, mengembangkan, dan memodernisasi warisan budaya lokal diharapkan dapat menjadi contoh pelestarian budaya berbasis kreativitas yang menghidupkan sektor ekonomi dan memperkuat identitas daerah di tengah arus globalisasi.

Pilihan Untukmu