
Surabaya – Industri perhotelan nasional saat ini sedang menghadapi tekanan berat. Survei terbaru dari Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) Jakarta pada April 2025 mengungkapkan bahwa 70 persen pelaku usaha hotel di ibu kota mempertimbangkan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat menurunnya okupansi dan pendapatan.
Bahkan, 90 persen responden mengaku telah memangkas pekerja harian, sementara 36,7 persen lainnya mengurangi jumlah staf tetap. Namun, di tengah kondisi yang suram ini, beberapa daerah justru menunjukkan sinyal positif, termasuk Malang dan Surabaya di Jawa Timur.
Sugito Adhi, Cluster General Manager Grand Mercure Malang Mirama & Mercure Surabaya Grand Mirama, mengakui bahwa situasi bisnis perhotelan saat ini sangat dinamis.
"Okupansi dari Januari hingga Juni 2025 tidak bisa dibandingkan dengan periode sebelumnya. Bisnis kami memang tidak sama dengan tahun lalu, tapi kami terus berusaha beradaptasi," ujar Sugito, Selasa (27/5).
Sugito menjelaskan bahwa strategi utama untuk bertahan adalah dengan meningkatkan kolaborasi dan inovasi, baik secara online maupun offline. "Kami berfokus pada pengalaman tamu yang berkesan melalui kreativitas dan inovasi, meskipun tantangannya cukup berat dan masih memerlukan dukungan dari kebijakan pemerintah," tambahnya.
Di Surabaya, kondisi serupa terlihat di Java Paragon Hotel & Residence. Hafidz Ardiawan, Marcom Java Paragon, mengungkapkan bahwa meskipun sempat mengalami penurunan okupansi dan pendapatan yang signifikan, saat ini hotelnya mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
"Kami belum sampai pada tahap PHK. Memang sebelumnya ada penurunan drastis dalam okupansi dan pendapatan bulanan, tapi sekarang kami berharap sudah mulai normal kembali," kata Hafidz.
Ia mengakui bahwa kebijakan efisiensi yang dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan swasta turut memengaruhi performa hotel. "Banyak korporasi dan instansi pemerintah mengurangi anggaran perjalanan dan akomodasi, sehingga berdampak pada bisnis kami," jelasnya.
Untuk menghadapi tantangan ini, Java Paragon Hotel & Residence mengandalkan strategi promosi menarik, terutama di sektor restoran. "Selain melakukan efisiensi internal, kami juga menawarkan promo khusus dengan harga yang terjangkau untuk menarik lebih banyak tamu," ujar Hafidz. Langkah ini dinilai cukup efektif dalam mempertahankan minat konsumen di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
Meskipun Malang dan Surabaya menunjukkan sinyal positif, tekanan terhadap industri perhotelan secara nasional tetap besar. Banyak pelaku usaha hotel di daerah lain masih kesulitan mempertahankan operasional mereka. PHRI terus mendorong pemerintah untuk memberikan stimulus atau kebijakan yang mendukung pemulihan sektor ini, termasuk insentif pajak dan bantuan modal kerja.
Selain itu, pelaku industri juga berharap adanya program pelatihan dan peningkatan kompetensi bagi tenaga kerja hotel agar dapat beradaptasi dengan perubahan tren pasar. "Kami tidak ingin kehilangan SDM berkualitas hanya karena tekanan ekonomi sementara. Butuh solusi jangka panjang," kata Sugito.