
Andi Maryam Cintia Dewi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang
Jembatan Gadang kini dipenuhi oleh tumpukan sampah yang berserakan di sepanjang pinggirannya. Sampah-sampah ini berasal dari berbagai jenis, mulai dari kantong plastik, sisa makanan, hingga limbah rumah tangga. Kondisi ini semakin parah saat musim hujan, di mana genangan air bercampur dengan sampah menimbulkan bau yang menyengat dan mengganggu aktivitas warga sekitar. Padahal, jembatan ini merupakan akses penting bagi masyarakat yang ingin menuju Pasar Gadang atau kawasan lainnya di Kota Malang.
Jembatan Gadang, yang seharusnya menjadi salah satu ikon infrastruktur Kota Malang, kini menghadapi tantangan besar sebagai lokasi pembuangan sampah. Fenomena ini tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mencerminkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan kota. Sampah yang menumpuk di sepanjang jembatan ini menjadi pemandangan yang memprihatinkan, merusak estetika kawasan, dan mengganggu kenyamanan warga sekitar.
Sebagian masyarakat masih mempertahankan kebiasaan membuang sampah sembarangan, terutama di area yang sudah terlihat kotor. Hal ini menciptakan efek berantai, di mana keberadaan sampah yang menumpuk memicu orang lain untuk turut membuang sampah di tempat yang sama. Selain itu, rendahnya kesadaran masyarakat akan dampak buruk pembuangan sampah sembarangan terhadap lingkungan dan kesehatan menjadi salah satu penyebab utama masalah ini, yang semakin diperburuk oleh kurangnya edukasi yang merata di masyarakat.
Baca Juga : 6 Peradaban yang Hilang
Lokasi Jembatan Gadang yang berdekatan dengan Pasar Gadang juga menjadi salah satu faktor utama, karena posisinya yang sering dilewati warga membuat sebagian orang memilih membuang sampah di sana sebagai cara praktis ketimbang mencari TPS resmi. Meski pemerintah telah menyediakan TPS di sekitar lokasi, lemahnya pengawasan dan minimnya penegakan hukum terhadap pelanggar membuat kebiasaan tersebut sulit diberantas. Di sisi lain, tempat pembuangan sampah yang disediakan kerap tidak dimanfaatkan secara optimal oleh warga, baik karena jaraknya yang dianggap tidak strategis maupun karena rendahnya kesadaran akan pentingnya membuang sampah di tempat yang semestinya.
Masalah ini terjadi karena beberapa faktor utama yaitu, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Meskipun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang telah menyediakan beberapa Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di sekitar Pasar Gadang, banyak warga yang memilih jalan pintas dengan membuang sampah di jembatan. Kebiasaan ini tidak hanya mencerminkan kurangnya rasa tanggung jawab, tetapi juga menunjukkan perlunya edukasi yang lebih intensif tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Banyak yang menyuarakan tentang fenomena ini Upaya seperti, sosialisasi, dan pembersihan telah dilakukan oleh masyarakat peduli lingkungan,namun tantangan terbesar adalah mengubah kebiasaan warga yang memilih jalan pintas dengan membuang sampah di lokasi yang tidak semestinya. Bahkan, beberapa warga sekitar telah mendirikan posko untuk melarang tindakan tersebut, menunjukkan keprihatinan mereka terhadap kondisi lingkungan.
Fenomena ini tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga merusak citra Kota Malang sebagai kota yang bersih dan nyaman. Hal ini menjadi pengingat pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga kebersihan lingkungan demi kebaikan bersama. Harus memerlukan pendekatan yang lebih terintegrasi dan kolaboratif. Tata kelola kolaborasi adalah suatu pengaturan yang melibatkan lembaga publik dan aktor non-negara dalam pengambilan keputusan kolektif dan formal untuk membuat atau menerapkan kebijakan publik atau pengelolaan aset publik, dengan tujuan mencapai konsensus dan deliberasi yang efektif (Ansell & Gash 2007, P;544) .
Dalam hal ini, pemerintah, masyarakat, dan komunitas peduli lingkungan perlu bekerja sama untuk mencari solusi. Pemerintah sebaiknya tidak hanya menyediakan fasilitas pembuangan sampah yang memadai, tetapi juga menguatkan edukasi lingkungan secara berkelanjutan. Jika kolaborasi seperti ini dapat berjalan dengan baik, fenomena seperti Jembatan Gadang yang menjadi tempat pembuangan sampah dapat diminimalisir, dan tujuan akhir menjaga kebersihan lingkungan secara berkelanjutan bisa tercapai.
Memperbanyak kampanye kesadaran melalui media lokal atau media sosial juga bisa menjadi cara efektif untuk menjangkau lebih banyak warga dan menanamkan pentingnya kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.
Masalah ini mencerminkan perlunya pendekatan yang lebih menyeluruh. Selain menyediakan fasilitas, pemerintah perlu memperkuat edukasi lingkungan dan melibatkan masyarakat dalam menjaga kebersihan. Sanksi tegas bagi pelanggar juga dapat menjadi langkah preventif.
Masyarakat juga harus menyadari bahwa kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Dengan membuang sampah pada tempatnya, kita tidak hanya menjaga keindahan kota, tetapi juga melindungi ekosistem dan kesehatan masyarakat. Jika semua pihak bekerja sama, Jembatan Gadang dapat kembali menjadi akses transportasi yang bersih dan nyaman, bukan tempat pembuangan sampah.
Fenomena ini adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Dengan tindakan nyata dan kesadaran kolektif, kita dapat mengubah Jembatan Gadang menjadi simbol kebersihan dan tanggung jawab bersama.
Penulis : Andi Maryam Cintia Dewi