Salat
istikharah merupakan salat yang dilakukan untuk meminta keputusan terbaik di
antara dua pilihan.
Salat
istikharah menjadi salah satu salat sunah yang dikerjakan umat muslim selain
salat sunah lainnya.
Baca Juga : 10 Tips Menghadapi Ujian Tanpa Stres
Disebut
sunah karena salat istikharah boleh dikerjakan atau tidak dikerjakan.
Jika
salat istikharah dikerjakan akan mendapat pahala. Jika tidak dikerjakan juga
tidak berdosa.
Sebagai
umat muslim tentu pernah merasakan dilema saat mengambil keputusan.
Baca Juga : 10 Kesalahan Belajar yang Sering Dilakukan Siswa
Entah
itu persoalan jodoh, pekerjaan, maupun urusan kehidupan lainnya.
Ketika
sudah dilema pikiran terasa buntu untuk menemukan solusi dari setiap
permasalahan atau keputusan.
Padahal
solusi dalam setiap dilema ada jalan keluarnya, yaitu memohon petunjuk pada
Allah.
Salah
satu cara memohon petunjuk Allah melalui salat istikharah.
Salat
istikharah bisa dikerjakan kapan saja asalkan tidak pada waktu-waktu yang
dilarang.
Waktu-waktu
yang di larang untuk melaksanakan salat istikharah yaitu matahari terbit,
tengah hari, dan matahari tenggelam.
Biasanya
waktu terbaik untuk melaksanakan salat istikharah ketika sepertiga malam
seperti salat tahajud.
Baca Juga : 7 Cara Memotivasi Anak untuk Belajar di Rumah
Namun
apabila tidak memungkinkan di sepertiga malam bisa dilaksanakan tengah malam atau
pada saat dilema dengan pilihan mendesak.
Adapun
niat salat istikharah yaitu sebagai berikut.
"Ushali sunatal istikharati rakataini lillahi
taala."
Artinya:
aku niat salat istikharah dua rakaat karena Allah Taala.
Lantas
bagaimana ciri-ciri seseorang mendapat petunjuk dari Allah melalui salat
istikharah?
Seperti
yang kita ketahui bahwa salat istikharah untuk memohon pilihan terbaik dari
Allah.
Syekh
Romadhon dan Imam Nawawi menegaskan bahwa petunjuk dari Allah bagi seseorang
yang melaksanakan salat istikharah bukan melalui mimpi.
Mimpi
tidak ada kaitannya sama sekali dengan salat istikharah. Mimpi disebut juga
bunga tidur.
Contoh
petunjuk dari Allah melalui salat istikharah dianalogikan sebagai berikut.
Seorang
hamba memohon pada Allah dalam salat istikharah terkait pilihan jodoh si A atau
si B.
Dalam
doa yang dimunajatkan hamba di atas disebutkan jika si A merupakan wanita
shalihah dan rajin beribadah.
Sementara
si B adalah seorang wanita yang berparas cantik dan rajin bekerja.
Kedua
wanita yang disebutkan hamba dalam doanya ketika salat istikharah sama-sama
memiliki akhlak yang baik.
Nah
orang tadi bingung dengan kedua wanita yang menjadi pilihannya karena sama-sama
berakhlak mulia.
Akhirnya
ia berserah diri kepada Allah agar dipilihkan salah satu dari kedua wanita yang
disebutkan.
Berpasrah
artinya ia percaya sepenuhnya kepada Allah dan tidak condong ke salah satu
pihak.
Condong
ke salah satu pihak misalnya seperti ini, "Ya Allah, dekatkan pada si A
saja karena cocok menjadi istri hamba."
Jika
seorang hamba masih condong ke salah satu pilihan maka tidak bisa disebut
berpasrah pada Allah.
Berserah
diri atau bertawakal kepada Allah itu tidak mengedepankan ego semata.
Jika
Allah berkehendak mendekatkan ke salah satu dari dua pilihan wanita yang diincar,
maka harus bersyukur.
Jika
Allah berkehendak lain dengan cara tidak mendekatkan ke salah satu dari dua
pilihan wanita yang diincar juga harus bersyukur.
Sebab
hakikat berserah diri kepada Allah dalam salat istikharah adalah menyerahkan
semua urusan kepada Allah. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa.
Yang
berhak memutuskan dan pemegang kendali kehidupan adalah Allah semata.
Apapun
keputusan Allah bagi umat muslim yang melaksanakan salat istikharah wajib
mensyukurinya.
Sebab
ciri-ciri di atas merupakan petunjuk dari Allah. Petunjuk bagi seorang hamba
dalam menjalani kehidupan.
(edr)