
JAKARTA - Pemerintah Indonesia terus memperluas pasar ekspor ke berbagai negara sebagai strategi antisipasi dampak penerapan tarif impor Amerika Serikat sebesar 32 persen. Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri mengungkapkan, perjanjian dagang dengan Tunisia akan segera diratifikasi tahun ini untuk membuka akses pasar baru di Afrika Utara.
Selain Tunisia, Indonesia juga mengembangkan kerja sama dagang melalui berbagai skema perjanjian, termasuk Indonesia-Sri Lanka PTA, Indonesia-Turkiye CEPA, dan Indonesia-Mercosur CEPA untuk pasar Amerika Selatan. Di tingkat regional, Indonesia aktif dalam pembahasan ASEAN-Canada FTA dan negosiasi Indonesia-GCC CEPA dengan negara-negara Teluk.
"Terkait tarif AS, ini bukan hanya tantangan Indonesia tapi juga dunia," ujar Roro usai menghadiri Forum Bisnis Indonesia-Uganda di Jakarta, Kamis (10/7). Pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto masih terus melakukan negosiasi hingga batas waktu awal Agustus, meski AS telah menegaskan kembali penerapan tarif 32 persen yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025.
Langkah diversifikasi pasar ekspor ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan menjaga pertumbuhan perdagangan Indonesia di tengah ketidakpastian global.